Rabu, 22 Februari 2012

Teori Belajar dan penerapannya


Nama   : Ingka Rizkyani Akolo
Nim     : 411408064
Kelas   :Matematika B

*      Teori belajar dan penerapan nya dalam pembelajaran
1.      Teori Belajar Behavioristik
·         Deskripsi Singkat
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.sesorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuakan / input yang berupa stimulus (apa saja yang diberikan guru kepada siswa untuk membantu siswa belajar) dan keluaran / output yang berupa respon (reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan gurunya).
Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Penguatan yang ditambahkan disebut positive reinforcement, sedangkan penguatan dikurangi disebut positive reinforcement, sedangkan penguatann yang dikurangi disebut negative reinforcement. Pelopor terpenting dari teori ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull dan Gathrie.
Kritik terhadap teori behavioristik yakni:
a.       teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yangkompleks.
b.      Asumsi bahwa semua hasil belajar berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya.
·         Penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran
Aplikasi tepri dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajara, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatanbelajar ditekankan sebagai aktivitas”mimetic” yang sudah menunutut siswa untuk mengungkapakan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil,dan evaluasimenuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukn bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Teori ini menekanakan eveluasi pada kemampuan siswa secara individual.

2.      Teori Belajar Kognitivisme
·         Deskriptif singkat
       Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Menurut teori ini belajat adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati .asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori in, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa.
 Diantara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu piaget, bruner dan ausubel. Menurut piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan terentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan bruner menyatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengtur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur mahasiswa. Proses beljar akan terjadi melalui tahap-tahap enakti, ikonik dan simbolik. Sementara itu, ausubel mengatakn bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

·         Penerapan teori kognitif dalam pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
    Ketiga tokoh aliran kognitif di atas, umumnya memiliki pandangan yang sama yakni mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Sementara itu, Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa pada bentuk belajar induktif yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Berbeda dengan Bruner, Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya mengenai Advanced Organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang dipelajari siswa.

3.      Teori Belajar Humanistik
·         Deskripsi Singkat
Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk “memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Secara umum, teori ini cenderung bersifat elektik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun  asal tujuan belajar mahasiswa dapat tercapai.
Beberapa tokoh penganut akiran humanistik diantaranya adalah :
a.               Krathwool dan Bloom, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu: kognitif, psikomotor dan afektif.
b.              Menurut Kolb, ada empat tahap proses belajar yakni: pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi dan eksperimentasi aktif.
c.               Honey dan Mumfrod, menggolongkan mahasiswa menjadi empat macam, yaitu aktifis, reflektor, teoris dan pragmatis.
d.              Menurut Habermas, ada tiga tipe belajar yaitu:
Ø  Belajar teknis (menekankan interaksi manusia dengan lingkungannya)
Ø  Belajar praktis (menekankan pada interaksi manusia dengan manusia, serta interaksi manusia dengan manusia lain)
Ø  Belajar emansipatoris (menekankan pada pemahaman mahasiswa terhadap transformasi dalam suatu lingkungan)

Teori humanistik dikritik karena sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.

·         Penerapan teori Humanistik dalam pembelajaran.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam belajar.
Bila diaplikasikan teori humanistik mencakup tahap-tahap berikut:
1.      Menentukan tujuan pembelajaran.
2.      menentukan materi pelajaran
3.      mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa.
4.      mengidentifikasi mahasiswa yang memungkinkan mahasiswa mempelajarinya secara aktif.
5.      mendesain wahana yang digunakan untuk belajar.
6.      membimbing mahasiswa belajar secara aktif.
7.      membimbing mahasiswa memahami hakikat makna dari pengalaman belajar.
8.      membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman tersebut.
9.      membimbing mahasiswa agar mampu mengaplikasikannya
10.  mengevaluasi proses dan hasil belajar mahasiswa





4.      Teori Belajar Sibernetik
·         Deskripsi Singkat
Teori ini berkembang sejalan dnegan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Menurut teori ini yang terpenting adalah “sistem informasi” dari apa yang akan dipelajari mahasiswa. Teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Dalam bentuk praktisnya, teori ini telah dikembangkan oleh Landa (dalam bentuk pendekatan “algoritmik” dan “heuristik”) serta pask dan scott (denagn pembagian tipe siswa “wholist” dan tipe “serialist”. Pendekatan belajar “algoritmik” menuntut mahasiswa berpikir secara divergen, menyebar ke beberapa target sekaligus.
Untuk mahasiswa “wholist” (menyeluruh) biasanya cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum, kemudian bergerak ke yang lebih khusus (rinci). Sedangkan mahasiswa tipe “serialist” cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung.

·         Penerapan teori belajar Sibernetik dalam pembelajaran
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan adanya:
·           Kapabilitas
·           Peristiwa Pembelajaran
·           Pengorganisasian/urutan pembelajaran

Beberapa langkah umum yang biasa kita temui  dalam implementasi teori sibernetik adalah:
1.      Menentukan tujuan pembelajaran
2.      Menentukan materi pelajaran
3.      Mengkaji sistem informasi yang terjandung dalammateri tersebut.
4.      Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi itu (apakah algoritmik atau heuristik)
5.      Menyususn materi pelajaran dalam uraian ang sesuai dengan suatu sistem informasinya.
6.      Menyajikan materi dan membimbingmahasiswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar